Friday 11 November 2016

Kisah teladan Nabi Musa as.

Kisah teladan Nabi Musa as.


Nabi Musa a.s. lahir di zaman Raja Fir’aun. Di masa itu, Fir’aun memerintahkan setiap bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh karena pengaruh mimpinya. Menurut ahli nujumnya, mimpi Raja Fir’aun menandakan akan lahir seorang bayi laki-laki dari Bani Israil yang kelak akan membinasaan kekuasaannya. Raja Fir’aun terkenal sombong dan mengaku dirinya sebagai Tuhan.
Allah Swt. melindungi Musa a.s. dengan menurunkan ilham kepada ibu Musa a.s., agar anaknya (Musa a.s.) dimasukkan ke dalam peti, kemudian dihanyutkan ke dalam Sungai Nil.
Bayi Musa pun diselamatkan oleh seorang wanita bernama Asiyah (istri Fir’aun). Melihat anak itu, Fira’un marah. Akan tetapi, dengan bujuk rayu Asiyah, Fir’aun luluh hatinya, ia tidak jadi membunuh Musa kecil.
Suatu ketika, Musa kecil menangis karena kehausan. Asiyah memerintahkan pengawalnya untuk mencari ibu yang dapat menyusui bayi itu. Maka, berdatanganlah wanita-wanita yang ingin menyusui bayi Musa a.s. Namun, setiap kali ada wanita yang hendak memberinya susu, bayi Musa a.s. tidak mau, ia tetap menangis.
Hingga akhirnya, datanglah seorang wanita bernama Yukabad. Wanita ini menggendong dan menyusuinya. Seketika itu juga Musa kecil terdiam dan berhenti menangis, sampai tertidur nyenyak. Mereka tidak mengetahui, ternyata Yukabad adalah ibu Musa sendiri.

Selanjutnya, Asiyah meminta agar Yukabad tinggal di lingkungan istana untuk mengasuh Musa kecil. Yukabad pun bersedia, dan dengan senang hati mengasuh anaknya sendiri di lingkungan istana Fir’aun.

Nabi musa as Suka menolong
Suatu ketika seorang laki-laki bergegas datang kepada Musa a.s., dan berkata, “Hai Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding untuk membunuhmu. Keluarlah dari kota ini. Itulah nasihatku kepadamu”.
Musa a.s. mengikuti nasihat orang itu, maka keluarlah ia dengan perasaan khawatir seraya berdoa.
Do’a Musa a.s. “Ya Tuhanku, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, bebaskanlah aku dari cengkraman kaum Fir’aun yang aniaya”. (al-Qur’an dan tafsirnya jilid vii, hal 328).

Sesampainya di negeri Madyan, ia menjumpai sekumpulan orang yang sedang memberikan minum kepada ternak mereka. Di antara mereka, ada dua orang gadis yang sedang menambatkan ternaknya.
Musa a.s. menyapa, “Mengapa tidak ikut bersama mereka mengambil air?”
Kedua gadis itu menjawab, “Kami tidak dapat mengambil air kecuali sesudah orang-orang itu telah selesai mengambilnya, dan karena kami juga tidak kuat berebut dan berdesak-desakan dengan orang banyak itu. Bapak kami sudah tua, karena itu pula tidak sanggup datang kemari untuk mengambil air.”
Seketika itu juga Musa a.s. menolong kedua gadis itu untuk memberikan minum kepada ternak mereka. Setelah menolong, Musa a.s. berteduh di bawah pohon, seraya berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
Kedua gadis yang ditolong Musa a.s. pun pulang ke rumahnya, dan menceritakan kepada ayah mereka bahwa telah ditolong seseorang yang berhati mulia. Salah seorang dari gadis itu berkata, “Ya ayahku, ambillah ia (Musa) sebagai orang yang bekerja kepada kita. Kelihatannya ia orang yang kuat dan dapat dipercaya”. Si ayah, mengabulkan permintaan putrinya. Ternyata, ayah kedua wanita itu tak lain adalah Nabi Syu’aib a.s.. Di sinilah perjumpaan antara Nabi Syu’aib a.s. dengan Nabi Musa a.s.. Pada akhirnya Nabi Syu’aib a.s. menikahkan salah satu putrinya dengan Musa a.s..

Nabi Musa as. Menghadapi Fir’aun
Nabi Musa a.s. telah diberi Tuhan mukjizat, yaitu tongkat yang dapat dijadikan ular. Tangan Musa a.s. dapat mengeluarkan cahaya dan menjadi pelindung baginya dari ketakutan. Kedua mukjizat inilah yang dijadikan Musa a.s. untuk melawan Firaun bersama tukang sihirnya.
Kedatangan Nabi Musa a.s. di Mesir membuat Fir’aun marah dan menuduhnya Musa a.s. sebagai tukang sihir yang hendak mengusir Fira’un dari negeri itu. Musa a.s. telah mengingatkan Fir’aun, ”Janganlah kamu membuat dusta, nanti kamu dibinasakan dan mendapat siksa Allah Swt.” Fira’un dan tukang sihirnya tetap saja melawan dan menantang. Akhirnya, Musa a.s. meladeninya, dan berkata:
“Kalau begitu, kumpulkanlah semua tukang sihirmu, datanglah beramai-ramai, kita berjumpa di suatu tempat”.
Di hari perjumpaan itu, tukang sihir Fir’aun berkata, “Ya, Musa! lemparkanlah tongkatmu lebih dahulu, atau kami yang akan memulai lebih dahulu?”
Sahut Musa a.s., “Kamulah lebih dahulu.”
Lalu tukang sihir Fir’aun melemparkan tali-tali dan tongkat-tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular menjalar mengelilingi Nabi Musa a.s.. Di saat demikian, Allah Swt. berfirman,
 


Artinya:
Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datangnya.” (Q.S Toha /20: 69).

Nabi Musa a.s. mengikuti perintah Allah Swt. Kemudian, ia melemparkan tongkatnya, seketika itu jadilah ular besar merayap sambil memakan ular-ular tukang sihir Fir’aun. Kejadian ini membuat sebagian tukang sihir Fir’aun mengaku kalah dan bersujud kepada Tuhan. Sebagaimana firman Allah :

 
Artinya:
“Lalu tukang--tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa.” (Q.S Toha /20: 70)

yang beriman termasuk istrinya sampai mati. Melihat yang demikian, Nabi Musa a.s. dan orang-orang yang beriman mundur dan melarikan diri dari kota Mesir.
Fir’aun dan tentaranya terus mengejar Nabi Musa a.s. dan pengikutnya sampai ke dekat Laut Merah. Nabi Musa a.s. dan pengikutnya kebingungan. Pada saat itulah turun wahyu dari Allah Swt. yang memerintahkan agar Musa a.s. memukulkan tongkatnya ke permukaan laut merah. Tiba-tiba saja, laut membelah menjadi dua bagian. Jalan yang panjang telah terentang di hadapan mereka.
Nabi Musa a.s. dan pengikutnya terus berlari mengikuti jalan panjang yang telah terbentang menuju seberang. Di kejauhan, terlihat Fir’aun dan bala tentaranya terus saja mengejar Nabi Musa a.s.. Akhirnya Nabi Musa a.s. sampai di seberang dengan selamat. Sementara Fira’un dan tentaranya masih berada di pertengahan jalan. Di saat itulah, Allah Swt. mengembalikan laut merah seperti semula. Fira’un dan tentaranya pun ditelan oleh air laut. Demikianlah pembalasan dari Allah Swt. terhadap orang yang durhaka.

Insya Allah, kamu bisa!
Ayo, buatlah pentas drama berdasarkan cerita Nabi Musa a.s. di atas (akan tetapi, sosok [tubuh] Nabi Musa a.s. tidak boleh diperankan, hanya perkataan-perkatannya saja yang dibacakan). 

No comments: