Anak Gadis yang Jujur
Pada suatu malam, Khalifah
Umar ditemani pengawalnya berkeliling negeri untuk melihat dari dekat
kehidupan rakyatnya. Sampai di pinggiran kota Makkah, Khalifah tertarik
melihat sebuah gubuk kecil. Beliau mendengar suatu percakapan. “Anakku, malam
ini kambing kita mengeluarkan susu sedikit sekali. Ini tidak cukup untuk
memenuhi permintaan pelanggan besok pagi,” keluh wanita itu kepada anaknya.
Dengan tersenyum, anak gadisnya itu menghibur, “Ibu, tidak usah disesali.
Inilah rezeki yang diberikan Allah kepada kita hari ini. Semoga besok kambing
kita mengeluarkan susu yang lebih banyak lagi.”Namun, aku khawatir para
pelanggan tidak mau membeli susu kepada kita lagi. Bagaimana kalau susu itu
kita campur air supaya kelihatan banyak?” “Jangan, Bu!” gadis itu melarang.
“Bagaimanapun kita tidak boleh berbuat curang. Lebih baik kita katakan dengan
jujur pada pelanggan bahwa hasil susu hari ini hanya sedikit. Mereka tentu akan
memakluminya. Lagi pula, kalau ketahuan, kita akan dihukum oleh Khalifah Umar.
Percayalah, ketidakjujuran itu akan menyiksa hati.” “Bagaimana mungkin Khalifah
Umar tahu!” kata janda itu kepada anaknya. “Saat ini beliau tidur pulas di
istana megah tanpa pernah mengalami kesulitan seperti kita.” Gadis remaja itu
tersenyum dan berkata, “Ibu, memang khalifah tidak melihat apa yang kita
lakukan sekarang. Tapi, Allah Maha Melihat setiap gerak-gerik makhluknya.
Meskipun kita miskin, jangan sampai kita melakukan sesuatu yang dimurkai
Allah.” Dari luar gubuk, Khalifah Umar kagum dengan kejujuran gadis itu.
Ternyata, kemiskinan tidak membuatnya untuk berbuat curang. Keesokan harinya, Khalifah
Umar memerintahkan beberapa orang untuk menjemput wanita pemerah susu dan
anak gadisnya. Beliau bermaksud akan menikahkan putranya dengan gadis yang
jujur itu.
Allah Swt. sangat
senang kepada orang yang jujur, yaitu yang tulus dan lurus hatinya, tidak
curang. Misalnya, jujur mengerjakan tugas, seperti ujian atau ulangan tidak
mencontek dan jujur menggunakan uang, seperti mengembalikan uang kembalian sisa
belanja. Mengatakan sesuatu dengan jujur, misalnya mengakui kesalahan. Seperti
pertanyaan guru, “Apakah kalian belajar di rumah?” Apabila tidak belajar,
katakanlah dengan jujur “Saya tidak belajar.”
Apa keuntungan orang
jujur? Allah Swt. senang dengan orang jujur. Kemudian, sikap jujur disenangi
semua orang. Orang jujur selalu banyak teman dan dicari orang. Sebaliknya,
Allah Swt. tidak senang kepada orang yang tidak jujur, dan orang tidak jujur
akan dibenci semua orang.
No comments:
Post a Comment